Bukan siapa-siapa

Bolehkah Pacaran?

Alangkah seringnya
Mentergesai kenikmatan tanpa ikatan 
Membuat detik-detik di depan terasa hambar 
Belajar dari ahli puasa 
Ada dua kebahagiaan baginya 
Saat berbuka 
Dan saat Allah menyapa lembut memberikan pahala 
Inilah puasa panjang syahwatku 
Kekuatan ada pada menahan 
Dan rasa nikmat itu terasa, di waktu buka yang penuh kejutan 
Coba saja 
Kalau Allah yang menghalalkan 
Setitis cicipan surga 
Kan menjadi shadaqah berpahala



Cinta memang mampu membuat orang berbunga-bunga. Mengapa tidak? Cinta itu menghanyutkan, cinta itu mampu membuat jantung semakin berdebar, cinta itu mampu mengubah sedih menjadi senang, cinta itu mampu membuat nasi yang hambar berubah menjadi manis hanya dengan mengingat wajah si doi. Iya apa benar? Padahal nasi kalau dikunyah lama-lama rasanya juga akan jadi manis. Nasi kan mengandung karbohidrat yang kata pakarnya mengandung zat gula di dalamnya, sehingga nasi yang dikunyah sampai hancur kalau ditelan rasanya jadi manis.

Kalau kata sang pujangga cinta, hidup tanpa cinta bagaikan taman tak berbunga. Setuju tidak? Setuju dong pastinya… Kalau kita hidup di dunia ini tanpa ada rasa cinta, bayangkan saja bagaimana jadinya dunia ini, pasti hancur lebur, berkeping-keping, bagaikan seorang jomblo yang baru diputusin pacarnya. Wekawekaweka, syukurin lhooo!!!!… (yang baca woles ya)

Tapi gaes, cinta itu juga bisa menjadi kebalikannya. Cinta yang menghanyukan itu sebenarnya sangat berbahaya. Mengapa? Lhaa orang hanyut aja bisa mati apalagi yang hanyut karena cinta. Jadi hati-hati aja gaeesss..
jadi sebenarnya pacaran itu boleh ga sih ??
boleh-boleh saja. Kalauu sudah halal, sudah ada ikatan.
Lalu bagaimana dengan yang belum menikah? Bolehkah?
Untuk memperjelas hal tersebut mari bersama-sama kita simak terjemahan surah Al-Israa’ berikut :

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. QS. Al-Israa' (17:32)


Nah, dari ayat itu saja sudah sangat jelas, bahwa jangankan untuk berzina, mendekatinya saja tidak boleh. Ibarat kita mau tidur, tapi tidak boleh menutup mata. Jadi ga bisa tidur kan? Begitu juga dengan pacaran.

Dalam sebuah situs dikatakan, “Pacaran adalah kunci menuju zina (baik hakiki maupun majaz), kalaulah kita ibaratkan zina adalah sebuah ruang yang memiliki banyak pintu yang berlapis-lapis, maka orang yang berpacaran adalah orang yang telah memiliki semua kuncinya. Kapan saja ia bisa masuk.”

Banyak diantara kita yang beralasan, “kami berpacaran ga macam-macam kok, kami pacaran untk saling memotivasi, saling mengingatkan”. Itu semua hanya alasan yang kita buat semata-mata untuk pembelaan terhadap diri kita…

Tidak ada didunia ini yang pacarannya “ga macam-macam”, yang katanya kami “ga pegang-pegangan tangan kok, kami hanya sekedar telponan”. Yaaah sama aja, hal tersebut cukup membuat sang iblis tertawa melihat apa yang kita kerjakan.

Pacaran itu bukan satu-satunya cara mewujudkan cinta, cinta yang hakiki adalah cinta yang mampu menjaga kehormatan orang yang dicintainya, mampu dan berani mendatangi orang tuanya. Bukan diwujudkan dengan pacaran, hal yang sia-sia dilakukan, yang ada hanya menambah kesenangan si iblis.  

Seperti yang dikatakan oleh Ustad Felix Siauw :
“Pacaran tak selalu berakhir zina, tapi hampir semua zina diawali dengan pacaran”
 “Sesuatu yang tanpa komitmen, tanpa ikatan biasanya disenangi lelaki, yang dia buat jika dia suka, ditinggalkan bila sudah tak suka.”

Kita semua sadar, bahwa orang yang berpacaran itu belum pasti jodohnya. Juga kita juga sadar bahwa resiko dari berpacaran adalah “Sakit Hati”. Tapi yang mengherankannya, jika sudah tahu mengapa masih dilakukan? Apa ga sayang tuh sama hatinya?

Ayolah belajar dari pengalaman-pengalaman yang sudah berlalu. Banyak diantara kita yang sakit hati hanya karena cinta. Diselingkuhin pacar, di jadiin selingkuhan, miris gaes kalau diingat-ingat.

Pacaran itu tak selamanya bahagia, bahagia yang dialami adalah kebahagiaan sesaat, kebahagiaan yang tidak di ridhoi oleh Allah, sang pemilik kasih. Banyak kisah cinta yang mengharukan, tanpa harus berpacaran. Mereka lebih memilih cinta dalam diam, cinta yang diwujudkan dalam doa dan berharap dalam sujud-sujud panjangnya. Karena mereka tahu, bahwa cinta yang tak di ridhoi oleh sang pemilik kasih hanya akan menambah murka dari Allah. Mereka juga tidak sanggup menahan sedih, kecewa dan sakit hati hanya karena cinta yang palsu. Cinta yang hanya diucapkan oleh lisan-lisan yang tak bertulang, mengucapkannya tanpa memikir apa yang akan terjadi setelahnya.

Pemilik cinta yang sejati adalah dia yang mampu menjaga hati, pandangan, dan lisannya dari keburukan.

Cinta Ali dan Fatimah adalah bukti betapa hebatnya mereka menjaga cintanya. Mencintai dalam diam, walaupun jarak mereka sangat dekat. Mengapa? Karena mereka tahu cinta yang berbuah kesabaran akan mendapatkan kebahagiaan yang tak terkira, nikmat bahagia yang tak pernah redup.

Referensi :
Udah Putusin Aja! (Felix Siauw)
Nikmatnya pacaran setelah pernikahan (Salim A. Fillah)
https://ibnumajjah.wordpress.com/2012/06/04/pacaran-dalam-timbangan-syariat/

No comments:

Post a Comment