#latepost
Terkadang aku menganggap hidup orang lain lebih hebat, lebih bahagia, lebih beruntung dari pada hidup yang aku jalani. Seringkali aku mengutuki diriku. Mengapa aku dilahirkan jika hanya menyusahkan semua orang? Jika hanya menjadi beban? Tak pelak lagi, aku selalu mengeluh, mengapa aku begini, mengapa aku tak begitu...
Mengapa, mengapa, dan mengapa...
Hanya itu yang selalu aku fikirkan. Sehingga aku lupa bagaimana caranya tersenyum, aku lupa untuk bahagia.
Mengapa, mengapa, dan mengapa...
Hanya itu yang selalu aku fikirkan. Sehingga aku lupa bagaimana caranya tersenyum, aku lupa untuk bahagia.
Hingga akhirya aku lebih sering menyendiri, menepi dari keramaian, mencari ketenangan di sudut perpustakaan.
Aku mengambil sebuah buku dan membukanya secara acak, aku berhenti pada halaman itu. Aku termangu membaca kata demi kata, kata-kata itu seolah2 menamparku, menyadarkanku, bahwa selama ini aku tak pernah bersyukur, selalu berprasangka buruk tentang diriku, aku tak mengingat bahwa ada Allah tempatku untuk berkeluh kesah. Astaghfirullaah..
Aku bangun, menjauh dari sudut perpustakaan, aku tau apa yang harus aku lakukan.
Aku mengambil sebuah buku dan membukanya secara acak, aku berhenti pada halaman itu. Aku termangu membaca kata demi kata, kata-kata itu seolah2 menamparku, menyadarkanku, bahwa selama ini aku tak pernah bersyukur, selalu berprasangka buruk tentang diriku, aku tak mengingat bahwa ada Allah tempatku untuk berkeluh kesah. Astaghfirullaah..
Aku bangun, menjauh dari sudut perpustakaan, aku tau apa yang harus aku lakukan.
"Sesungguhnya Allah berfirman: Aku menurut dugaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepada-Ku." (H.R Tirmidzi)
No comments:
Post a Comment