Setujukah
anda jika saya mengatakan bahwa karakter siswa terbentuk karena pengaruh dari
karakter guru baik ketika di sekolah dan di luar sekolah? Dewasa ini tidak
sulit menemukan sosok guru yang menginspirasi. Karena guru adalah sosok yang
menjadi panutan untuk siswa, masyarakat bahkan sesama guru. Hanya saja,
menginspirasi yang dimaksud bukan saja berbicara mengenai prestasi-prestasi
baik yang dipeoleh oleh guru, akan tetapi prestasi-prestasi buruk juga ikut
mendampingi siswa dalam membentuk karakter dan moral. Sehingga muncul banyak
istilah penyakit untuk guru seperti guru kudis (kurang disiplin), terserang
kuman (kurang amanah dan kurang iman), asma (asal masuk kelas) dan
penyakit-penyakit lainnya yang berdampak pada karakter siswa.
Saat
dalam pendidikan formal, lingkungan sekolah memiliki pengaruh besar pada
karakter siswa. Apabila karakter lingkungan baik maka karakter siswa juga akan
baik. Namun jika karakter lingkungan sekolah buruk maka karakter siswa juga
akan ikut memburuk. Kalau sudah demikian siapakah yang akan disalahkan?
Keluarga dan masyarakat akan memandang dunia pendidikan tidak memiliki efek
yang baik untuk membentuk karakter anaknya. Jika siswa berada dalam masyarakat
maka lingkungannya juga akan berubah. Pengaruh lingkungan sekolah akan berdampak
ketika siswa berada dalam masyarakat, karena semua tindakan orang yang
menjalani pendidikan menjadi sorotan masyarakat. Masyarakat memiliki pandangan
lebih terhadap orang yang berpendidikan. Semua tindak-tanduknya dinilai dan
diikuti oleh masyarakat.
Akan
tetapi kita tidak bisa menyalahkan guru dan lingkungan sekolah seutuhnya.
Karena pendidikan yang paling utama adalah ketika anak dididik dalam keluarga,
yang dikenal dengan istilah pendidikan informal. Pada fase inilah semua
pendidikan dimulai, seperti menanamkan karakter jujur, disiplin, bertanggung
jawab, religius, percaya diri dan sebagainya. Pada fase ini orangtua dan
keluarga bertanggung jawab dan berperan aktif untuk mendidik. Untuk mampu
mendidik dan menanamkan karakter anak dengan baik, maka orangtua dan keluarga
juga harus memiliki karakter-karakter tersebut. Orangtua tidak hanya menanamkan
dan menyampaikan teori kepada anak, akan tetapi anak dan orangtua bersama-sama
melaksanakan teori tersebut agar dapat menanamkan karakter-karakter yang baik
pada diri anak. Sehingga anak akan lebih siap mental dan karakternya jika
mereka sudah berada dalam masyarakat dan dunia pendidikan.
Anak-anak
adalah peniru yang baik, semua yang dilakukannya adalah hasil dari meniru
perilaku orang-orang terdekatnya. Jika sudah demikian, jangan heran mengapa
anak-anak memiliki perilaku yang buruk seperti mencuri, berbicara kasar, tidak
hormat kepada orang yang lebih tua, tidak saling menyayangi, dan perbuatan
negatif lainnya. Hal itu terjadi karena orang-orang disekelilingnya melakukan
perbuatan-perbuatan tersebut dan membenarkan perbuatan negatif tersebut.
Hal
ini juga berlaku untuk semua pemerintah yang memerintah negeri ini. Pemerintah
juga memiliki peran besar dan tidak bisa diabaikan dalam membentuk karakter
anak bangsa. Misalnya dalam dunia pendidikan, hiburan, media, dan sebagainya,
hendaklah selalu berada dalam koridor yang positif yang dapat membantu
menunjang pembentukan karakter yang baik pada anak-anak bangsa. Terutama pada
zaman milenial ini yang semua akses berita dan informasi bisa didapatkan dengan
mudah. Pemerintah memiliki PR terbesar untuk selalu dapat menayangkan berita
dan informasi yang tepat dan akurat, serta mengedukasi.
Kemajuan
teknologi tidak bisa dijadikan alasan bobroknya karakter anak bangsa.
Seharusnya kemajuan teknologi merupakan salah satu cara untuk menunjang
terbentuknya karakter kreatif, inovatif, rasa ingin tahu, komunikatif serta
karakter positif lainnya yang dapat memajukan bangsa dan memajukan pemikiran
primitif masyarakat tentang teknologi agar tidak ada lagi masyarakat yang
ketinggalan dalam berbagai informasi dan menjadikan masyarakat lebih intelek.
Jadi
untuk membentuk, menanamkan, dan membangun karakter yang baik terhadap orang
lain maka dimulailah dari diri sendiri. Ketika kita menginginkan anak, siswa
dan tetangga kita memiliki karakter yang baik, maka mulailah dengan memperbaiki
karakter diri sendiri. Karena untuk menanamkan karakter pada seseorang
merupakan suatu siklus yang sangat panjang dan hebat. Jika satu siklus saja terputus
maka siklus yang lain akan terputus atau siklus yang terputus tersebut akan
tergantikan dengan siklus lainnya. Apabila siklus tersebut telah tergantikan
maka akan sulit mengembalikannya kembali, sehingga akan berakibat pada hasil
akhir yang diinginkan, yaitu menanamkan dan membentuk karakter-karakter baik
pada diri anak bangsa. Maka jadilah contoh yang baik untuk orang lain.
No comments:
Post a Comment