Bukan siapa-siapa

Syukuri atau cukuri, Cara-cara bersyukur



~Syukuri atau cukuri~



''Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Ada begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Baik dikala kita senang maupun susah, dikala lapang maupun sempit, dikala kita dekat maupun jauh dari Allah.
Coba diingat-ingat kembali, apa nikmat terbesar yang telah Allah berikan kepda kita sehingga mampu merubah hidup kita ini?
Coba diingat2 lagi, sudahkah kita mensyukurinya? Atau kita malah mendustainya?
Menganggap semua nikmat yang telah kita dapatkan adalah karena usaha kita sendiri?


Lalu bagaimana cara kita bersyukur pada Allah?
"Apabila seorang hamba mengetahui sebuah nikmat maka dia akan mengetahui yang memberi nikmat. Ketika seseorang mengetahui yg memberi nikmat tentu dia akan mencintai-Nya dan terdorong utk bersungguh2 mensyukuri nikmatnya." (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)
Mensyukuri nikmat Allah merupakan suatu keharusan. Ada banyak cara untuk bersyukur atas nikmat Allah, yang pertama yakni bersyukur dengan hati.
Bersyukur dengan hati berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa apapun yang diperoleh dalam hidup ini semua berasal dari Allah. Allah lah yg telah memberikan semua kenikmatan yang telah kita nikmati, baik nikmat itu dalam jumlah yang besar atau banyak, maupun dalam jumlah yang kecil atau sedikit.


Dengan demikian, setelah kita meyakini bahwa semua nikmat itu berasal dari Allah, semua itu terjadi atas kemurahan Allah, maka sudah sepatutnya kita bersyukur dengan sungguh-sungguh dan kita semakin mencintai Allah.
"Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah." (Q.S An-Nahl: 53)
Seorang guru bertanya pada muridnya, apa yang paling tajam di dunia ini? Murid pun menjawab dengan berbagai macam jawaban. Ada yang menjawab pisau, parang, kapak, dan sebagainya. Lalu guru itu berkata, "ya, jawaban kalian benar semua. Namun, yang paling tajam di dunia ini adalah lidah/lisan. Karena lidah/lisan mampu menembus hati orang lain". Semua murid terdiam. 
Sang guru melanjutkan, "untuk itu pergunakanlah lidah/lisan kalian untuk mengatakan dan menyampaikan hal yang baik-baik saja, jangan sampai lisan kalian menyakiti hati saudara kalian".
Lisan memang sesuatu yang sangat rumit, karena apa yang diucapkan oleh lisan adalah hasil dari pikiran kita. Jika pikiran kita baik maka baik pula lah yang kita ucapkan, begitu juga sebaliknya.

Jangan sekali-kali menertawakan orang lain dengan lisan kita, karena apa yang terjadi padanya merupakan takdir dari Allah. Bisa jadi saat ini kita sedang dilindunginya, kita hanya menunggu giliran saja. Oleh karena itu, pergunakanlah lisan kita untuk bersyukur kepada Allah, karena cara kedua untuk bersyukur adalah bersyukur dengan lisan.

Apabila ia mendapatkan suatu kenikmatan, maka ia akan bersyukur dan mengucapkan "Alhamdulillah", segala puji bagi Allah.
Begitu juga jika ia mendapatkan kebaikan atau kenikmatan dari saudaranya yang lain, ia juga akan mengucapkan "Alhamdulillah". Ia selalu memuji Allah, memuji kebesaran Allah. Karena ia tahu, saudaranya itu adalah perantara dari Allah untuknya.


Nah yang ketiga adalah bersyukur dengan "Perbuatan".

Segala kenikmatan yang telah kita dapatkan adalah pemberian dari Allah SWT, semua itu hanyalah titipan. Harta yang banyak, ilmu yang tinggi, paras yang cantik nan rupawan, kesehatan, jabatan yang tinggi, dan lain sebagainya adalah titipan dari Allah, yang sewaktu2 Allah bisa mengambilnya kembali dengan mudah.
Lalu pantaskah kita menyombongkan diri?

Jika saja segala kenikmatan yang kita dapatkan senantiasa disyukuri, maka hidup yg dijalani akan terasa lebih nikmat, nikmatnya kian bertambah. Apalagi kita mau mengeluarkan hak saudara kita di dalamnya.

Syukur dengan perbuatan berarti mempergunakan sesuatu yang diberikan oleh Allah untuk sesuatu yang diridhoi-Nya. Syukur dengan perbuatan dapat diwujudkan dengan cara kita berbagi dengan saudara kita yang lain. Entah itu harta, kebahagiaan, atau yang lainnya.

Seperti halnya keluarga Pak Hidayat Nyakman yang membangun sekolah untuk putra-putri daerahnya dengan tujuan yang sangat mulia. Mereka membangun sekolah boarding school di pesisir pantai Meukek, Aceh Selatan. Sudah banyak lulusan yang dihasilkan dari sekolah swasta itu. Saya adalah salah satu alumninya. Sungguh, mereka tak takut hartanya akan habis jika membangun sekolah-sekolah, mereka tak takut jatuh miskin. Bagaimana bisa mereka takut jadi miskin sedangkan Allah Maha Kaya, "Al-Ghaniyyu". Juga doa-doa baik dari semua orang yang pernah merasakan kebaikan dan kebermanfaatan keluarga beliau merupakan salah satu senjata terkuat untuk tak perlu lagi merasa khawatir dan takut akan jatuh miskin. 




Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
وَمَنْ أَتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ


"Dan barangsiapa yang berbuat baik kepada kalian maka balaslah (kebaikannya) dengan kebaikan yang setimpal dan jika kalian tidak mendapat sesuatu untuk membalasnya kebaikannya maka berdo’alah untuknya sampai kalian merasa telah membalas kebaikannya.”
Keluarga Bapak Hidayat Nyakman mengajarkan kita bagaimana caranya bersyukur dengan perbuatan. Kita bisa bersyukur dengan perbuatan, banyak sekali caranya. Hanya, apakah kita mau atau tidak untuk melakukannya. 
Memberi tidak akan membuat kita menjadi miskin. Melainkan menjadikan kita lebih kaya akan pahala. Jazakumullahu khairan katsiraa atas semua kebaikan Bapak Hidayat Nyakman dan keluarga, semoga menjadi amal jariah nantinya. Aamiin allahumma aamiin.
"Dan (ingatlah juga), tatkala tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.S. Ibrahim:7)
Cara bersyukur yg keempat adalah dengan menjaga kenikmatan dari kerusakan.Ialah jika kita mendapatkan suatu nikmat, maka kita harus menjaga nikmat itu dengan sebaik-baiknya. Jika Allah sedang memberikan nikmat sehat kepada kita, maka hendaklah kita menjaga nikmat itu, jgn menyia-nyiakannya dengan melakukan pekerjaan yg mampu menghilangkan nikmat sehat tersebut.
Begitu juga dengan ilmu, jika kita mendapatkan ilmu, harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya, agar bermanfaat bagi orang banyak. 
Karena sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain. 
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Ad-daruqutni.Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’no:3289).
Menjadi orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain merupakan salah satu nikmat terbesar yang tidak semua orang bisa melakukannya. Ada kebahagiaan tersendiri, nikmat hakiki yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang selalu bermanfaat bagi orang lain. 
Namun, tidak sedikit orang yang menyia-nyiakan nikmat yang telah diberikan Allah. Nikmat sehat disia-siakan dengan begadang hingga larut malam, ilmu yg didapat dipergunakan untuk hal-hal keburukan, menipu orang lain dengan ilmu yang dimiliki, harta yg didapat digunakan bukan dijalan Allah, membelanjakan hartanya hanya utk kesenangan duniawi, hingga lupa untuk bersedekah.
Padahal dengan sedekah mampu membuka pintu rezeki yg lain.
Bersyukurlah, atau nikmat yang kita dapat akan tercukur habis.

No comments:

Post a Comment