Bukan siapa-siapa

Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Mengapa Seseorang Sering Gonta-ganti Pekerjaan? Mungkin Ini Alasannya!

Hasil gambar untuk resign kerja image

Menjadi seorang freelancer dibanyak tempat membuat cara berpikirku tentang dunia pekerjaan sedikit banyaknya berubah, membuatku menyadari dunia kerja itu memang tidak mudah. Kita menghadapi berbagai hal setiap harinya. Pengalaman-pengalaman dalam bekerja sangat dibutuhkan untuk mampu menyesuaikan diri dan bertahan hidup.

Sebagai seorang mahasiswa yang mencoba hidup mandiri, aku bekerja paruh waktu diberbagai tempat. Hal ini membuatku memiliki banyak mantan "bos" atau "atasan". Beberapa tempat memang kadang sangat nyaman untuk bekerja namun ditempat lain rasanya bagaikan neraka.

Persoalan nyaman dalam bekerja ini memang sangat penting. Memposisikan diri dengan baik dan melakukan pekerjaan dengan semestinya seharusnya mampu membuat diri merasa nyaman dalam bekerja. Namun hal itu tidak akan tercapai jika lingkungan kita bekerja tidak mampu mendukung kenyamanan kita dalam bekerja. Misalnya tempat kerja yang tidak kondusif, teman kerja yang terlalu Astaghfirullah, bahkan bos yang sangat-sangat Naudzubillah! Sehingga tak sedikit orang yang tidak betah dalam bekerja.

Aku menghadapi berbagai macam watak dan karakter para bos atau atasan. Beberapa tempatku bekerja ternyata memiliki banyak mantan karyawan. Saat mengetahui hal itu aku tidak terlalu terkejut. Hal itu lumrah terjadi di dunia kerja, namun bukan berarti hal itu menjadi wajar atau biasa-biasa saja. Seharusnya diperlukan evaluasi diri mengapa sering gonta-ganti karyawan.

Kita sering mendengar atau membaca artikel tentang bedanya bos dan pemimpin. Itu benar! Totally right!
Itu tidak hanya sekedar teori, namun benar-benar terjadi di dunia pekerja.

Beberapa fakta mengapa banyak karyawan yang tidak menyukai bosnya sendiri, sehingga karyawan banyak yang resign.

1. Komunikasi yang buruk
Berdasarkan pengalaman selama bekerja, komunikasi yang baik sangatlah penting. Semua orang menyadari pentingnya komunikasi yang sehat baik secara vertikal maupun horizontal. Komunikasi yang sehat antar bos dan karyawan, karyawan dengan karyawan, bos dengan klien, maupun karyawan dengan klien. Akan tetapi tidak semua orang mampu melakukannya. Sehingga miskomunikasi pun terjadi, cara menyampaikan informasi yang baik seringkali diabaikan begitu saja. Menganggap bahwa semua orang memiliki cara berpikir yang sama dengannya. 

Selain itu, atasan yang baik mampu berkomunikasi yang baik dan sehat. Baik ketika menyampaikan informasi maupun arahan sehingga tidak terkesan merendahkan karyawannya.

2. Tidak tau timing yang pas!
Dalam bekerja memang tidak luput dari kesalahan, mendapat teguran adalah hal yang wajar. Lalu bagaimana jika kamu ditegur saat dihadapan klien dan karyawan lain?
Pastinya sangat memalukan!
Inilah salah satu hal yang tidak disadari oleh orang banyak terutama para bos.

3. Suka menyalahkan.
Apa-apa dikomentarin, apa-apa disalahin. Semua yang dilakukan salah di mata bos. Pernah ngalamin? Aku pernah!
Ceritanya begini, aku bekerja ditoko obat-obatan herbal. Setiap minggu stock barang selalu datang, aku sebagai karyawan harus siap siaga bongkar, atur, packing, dan kirim barang. Saat itu aku sedang mengatur barang dirak obat-obatan, tiba-tiba bosque datang dan berujar, "ini salah, harusnya begini bla bla bla..." Intinya beliau mengatakan bahwa botol obat-obatan itu posisinya salah dan beliau memperbaiki. Aku hanya mengamati kesalahanku yang diperbaiki.
Tebak apa yang terjadi! Beliau hanya memegang botol tersebut dan menggesernya setengah mili dari posisi awal. Apa yang berubah? Ga ada cuy! Posisinya masih sama kayak tadi! What the hell ini bos?
Apa sih yang salah bos? Hadeuh gile bener dah, bikin aku mangap,  hidungku kembang kempis menahan esmosi.

4. Pelit! Kerja berat gaji ringan
Sebagai seorang mahasiswa pasti membutuhkan uang yang banyak untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Untuk itulah kami bekerja. Tapi bagaimana jika kamu sudah lelah bekerja namun bayaranmu sangat sedikit? Wajarkah kalau kamu memutuskan untuk resign saja?

Itulah kenapa banyak karyawan yang tidak betah dan sering gonta-ganti tempat kerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Menderita kok Bangga?

Ilustrasi 
Saat kita mengalami sesuatu, kita cenderung mencurahkannya pada orang terdekat, berharap kejadian-kejadian menyakitkan itu sedikit berkurang. 
Saat orang terdekat mengalami hal yang sama, kita terkadang menjadi opsi bagi mereka untuk mencurahkan kepedihan yang sedang mereka rasakan.
Namun anehnya, saat kita menceritakan kesedihan yang sedang kita rasakan misalnya kepada teman, tak jarang diapun ikutan curhat, curhat dadakan. 
Bahkan kita sendiri kadang juga sering begitu bukan? Saat ada teman yang sedang curhat, kita malah bilang "Ah, masih mending kamu begitu, aku lebih parah". 
Bukannya memperoleh kelegaan, kadang kita prihatin dengan mereka yang lebih menderita. Atau bahkan teman kita juga ikut prihatin pada diri kita tapi di dalam hati kita berkata-kata, alah kamu cuma segitu doang, kamu belum merasakan apa yang aku rasakan.

Well, kenapa sih kita harus bangga kalau diri kita lebih menderita dari orang lain?
Kenapa sih kita harus mengumbar-umbar penderitaan sendiri?
Kenapa sih ketika ada yang berbicara tentang penderitaannya kita malah bilang "mending kamu begitu, aku lebih parah dari kamu"?
Ada apa sebenarnya?
Apa kita ingin orang lain mengakui bahwa sebenarnya kita lebih menderita?
Atau berharap agar orang lain berpikir bahwa kita lebih kuat menghadapi penderitaan?
Atau kita ingin orang lain belajar dari cara kita menghadapi penderitaan?

Yah, mungkin pendapat terakhir hanya 1% orang yang akan berpikir begitu.
Sisanya? Aku yakin 99% dari mereka akan prihatin dan bersorak sorai di dalam hati: mensyukuri dirinya tidak seapes dirimu.
Bahkan temanmu sendiri bisa jadi dalam hatinya malah berkata "sial bener nasib temenku ini". (Ini pengalaman sih wkwk)

Kamu suka dikasihani?
Ya, mungkin hampir semua orang senang diberikan kasih sayang, tapi ga semua orang senang dikasihani. Aku yakin kamu tau bedanya.

Menurutku, jangan melulu menunjukkan wajah menderitamu, apalagi pada teman yang senang kamu lebih menderita dari dia. Karena bisa jadi orang lain senang melihat penderitaanmu, walau prihatin di depanmu.
Jika itu yang kau lakukan, maka............
Kau tak lebih dari lelucon-lelucon didrama yang mereka tonton, mereka menikmati lelucon didrama itu untuk ditertawakan kembali bersama teman atau orang lain.

Jangan mau menjadi lelucon bagi orang lain. Jangan biarkan orang lain menemukanmu dalam keadaan yang pantas untuk mereka tertawakan. Be strong! Ada masalah itu curhatnya sama Tuhan, solusi pasti akan kau dapatkan cepat atau lambat.
Melihat orang lain menderita?
Istighfar guys!
Bantu dia dengan doa dan usaha, lalu syukuri nikmat yang kau dapat, syukuri hidup yang kau jalani saat ini, karena ada orang yang lebih menderita dari hidup kita dan ingin berada pada posisi kita.

Ibarat pepatah lama, lihatlah keatas agar terinspirasi, dan lihatlah ke bawah untuk bersyukur. 
Ali Bin Abi Thalib r.a said: Never explain yourself to anyone. The person who likes you doesn't need it, and the person who dislikes you won't believe it. 
Stay strong, stay positif thinking! 

4 golongan manusia ketika tertimpa musibah



1. Bersyukur 

Bersyukur? Masa iya? Kan lagi dapat musibah?
"Iman ada dua bagian, yang pertama sabar, yang kedua syukur." (H.R. Baihaqi)
Barangsiapa yg bersyukur ketika mendapat musibah, itu adalah tanda2 orang yang beriman.
Bersyukur ketika mendapatkan musibah ialah sama halnya berpikiran positif terhadap sesuatu yang diberikan oleh Allah. Misalnya, kita sakit gigi, susah mengunyah makanan, nilai anjlok gara-gara ga ikutan nyontek, dan sebagainya.
Maka bersyukurlah penyakit yg kita dapatkan tidaklah separah sakit yg dirasakan oleh saudara2 kita yg lain, nilai anjlok gara-gara ga ikutan nyontek atau bahkan sama-sama nyontek tapi dapat nilai yg paling jelek. Don't worry, Allah sedang menunjukkan kepada kita bahwa kita harus berusaha sendiri dan lebih giat lagi.
Jadi, bersyukur apabila mendapatkan musibah terdiri dari 2 cara,
• yang pertama, apabila mendapatkan musibah lihatlah ke bawah, masih ada orang yg lebih berat musibah yg dialami dari pada kita, maka bersyukurlah...
• yang kedua, apabila mendapatkan musibah lihatlah ke atas, mungkin ada sesuatu yg disiapkan oleh Allah untuk kita, maka bersyukurlah...
"sesungguhnya skenario Allah adalah skenario terindah"

2. Sabar 

Mengucapkan kata sabar memang sangat mudah apalagi menyuruh orang untuk bersabar. Namun pada aplikasinya, sabar sangat sulit untuk dilakukan, terutama saat marah dan tertimpa musibah.
Saat tertimpa musibah, tidak sedikit orang yg mengeluh, tdk terima dengan keadaannya.
"Seorang hamba harus percaya bahwa Allah pasti akan mengganti suatu musibah yang diterima dengan kenikmatan yang sama atau yang lebih baik dan menyimpannya sebagai tabungan untuknya, jika dia sabar dan Allah menghendaki, pasti balasannya akan lebih baik berlipat kali dari pada musibah tersebut." (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)
Sabar adalah ilmu tingkat tinggi yang harus kita kuasai, belajarnya setiap hari, praktiknya langsung ada walau sekali dalam sehari.
Sabar, tak semua orang mampu miliki, termasuk diri ini.
Tapi mulai hari ini, mari sama2 kita pelajari, agar tak mudah sakit hati. 

3. Ridho

Ridho adalah menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan, menerima semua kejadian yang menimpa dirinya dengan lapang dada, menghadapinya dengan tabah, tidak merasa kesal dan tidak berputus asa.
Orang yang ridho adalah ia yang mempercayai segala sesuatu yang dialaminya, baik suka maupun duka adalah sesuatu yang telah digariskan oleh Allah, sesuatu yang direncanakan oleh Allah untuk dirinya.
Ia tidak akan kecewa atas apa yang telah diberikan oleh Allah. Saat mendapatkan musibah pun, ia tetap akan memuji Allah. Just because, ia tahu skenario Allah lebih baik daripada skenario manusia.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
Ridho juga hampir sama dengan sabar, sama-sama mudah pengucapannya namun sulit untuk dikerjakan.
Namun, seseorang yang ridho sudah pasti dia telah bersabar. Telah lapang dadanya menerima semua cobaan dan musibah yang menimpanya.

4. Marah
"Sesungguhnya Allah Azza Wajalla ketika mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa yang sabar, maka berhak mendapatkan (pahala) kesabarannya. Dan barangsiapa marah, maka dia pun berhak mendapatkan (dosa) dari kemarahannya." (H.R. Ahmad)
Jadi, apabila kita mendapatkan musibah, jangan mengeluh, jangan pula marah. Kita bisa mengambil hikmah dibalik semua yang telah menimpa. Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hambanya. Kita jangan sampai menyalahkan takdir, karena Allah tahu yang terbaik untuk kita.
Sabar, syukur, dan ridho adalah cara terbaik yang harus kita lakukan ketika tertimpa musibah.

Prasangkaku dan prasangkamu




#latepost
Terkadang aku menganggap hidup orang lain lebih hebat, lebih bahagia, lebih beruntung dari pada hidup yang aku jalani. Seringkali aku mengutuki diriku. Mengapa aku dilahirkan jika hanya menyusahkan semua orang? Jika hanya menjadi beban? Tak pelak lagi, aku selalu mengeluh, mengapa aku begini, mengapa aku tak begitu...
Mengapa, mengapa, dan mengapa...
Hanya itu yang selalu aku fikirkan. Sehingga aku lupa bagaimana caranya tersenyum, aku lupa untuk bahagia.


Hingga akhirya aku lebih sering menyendiri, menepi dari keramaian, mencari ketenangan di sudut perpustakaan.
Aku mengambil sebuah buku dan membukanya secara acak, aku berhenti pada halaman itu. Aku termangu membaca kata demi kata, kata-kata itu seolah2 menamparku, menyadarkanku, bahwa selama ini aku tak pernah bersyukur, selalu berprasangka buruk tentang diriku, aku tak mengingat bahwa ada Allah tempatku untuk berkeluh kesah. Astaghfirullaah..
Aku bangun, menjauh dari sudut perpustakaan, aku tau apa yang harus aku lakukan.
"Sesungguhnya Allah berfirman: Aku menurut dugaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepada-Ku." (H.R Tirmidzi)